Pemain Bola Tertua Liga Jepang
Mengapa Kazuyoshi Miura Enggan Pensiun?
Kazuyoshi Miura merupakan pemain sepak bola profesional asal Jepang. Dirinya bermain sebagai posisi penyerang.
Lahir pada 26 Februari 1967, Kazu memiliki tinggi badan 177 cm dan tetap bugar sebagai atlet sepak bola hingga saat ini.
Dikutip dari Transfermarkt, Kazu masih memiliki kontrak hingga akhir Januari 2026.
Hebatnya, dalam berkarier di dunia sepak bola, Kazuyoshi Miura telah berkompetisi di enam negara berbeda.
Diantaranya Brasil (bersama Santos, Palmeiras, Matsubara, CRB, XV de Jau, Coritiba), Italia (Genoa CFC), Kroasia (Dinamo Zagreb), Australia (Sydney FC), Portugal (Oliveirense), dan Jepang (Verdy, Kyoto Sanga, Vissel Kobe, Yokohama, Suzuka Point Getters/Atletico Suzuka).
Oleh Guiness World Records, Kazu diakui sebagai pemain dan pencetak gol tertua dalam sejarah sepak bola profesional.
Kazu mengaku, semakin bertambah usia, keinginannya untuk tetap bermain sepak bola juga semakin kuat.
“Tidak banyak yang berubah tapi setiap ulang tahun yang saya rayakan, satu yang pasti, keinginan saya untuk tampil di lapangan justru semakin kuat,” tegasnya.
Jika menilik kehidupan rumah tangganya, Kazu memiliki keluarga yang harmonis. Ia hidup bersama istri dan dua orang anaknya dengan penuh ketenangan.
Menurut Jurnalis Jepang, Masayuki Tanabe, tekad kuat Kazu untuk tetap merumput didukung dengan latihannya yang selalu intens di lapangan.
“Standar latihannya sangat tinggi untuk seusianya. Meski penampilannya menurun, dia berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan kondisinya, dan itu dipandang sangat terhormat,” ujar Tanabe.
Salah satu bintang kampus Filipina yang juga merupakan bagian dari tim nasional Filipina, Thirdy Ravena, membuat gebrakan. Adik dari Kiefer Ravena ini memutuskan tak mengikuti PBA Draft dan menerima pinangan San-en NeoPhoenix, tim divisi satu liga profesional Jepang atau yang dikenal juga B League. Thirdy akan membela NeoPhoenix di musim 2020-2021.
“Saya tidak ingin terus melakukan sesuatu yang sudah saya lakukan selama ini,” terang Thirdy mengenai keputusannya meninggalkann PBA untuk B League kepada Rappler. “Saya adalah orang yang selalu ingin menantang diri saya sendiri untuk melakukan sesuatu yang saya pikir tidak akan saya lakukan,” pungkasnya.
Thirdy menjadi pemain asing Asia pertama yang masuk ke B League. Bukan tanpa sebab mengapa tidak ada pemain asing yang berasal dari benua Asia sebelumnya. Sebelum musim 2020-2021, B League tidak menyediakan kuota untuk pemain asing Asia. Jadi, semua pemain yang berasal dari luar Jepang adalah pemain asing. Dengan ketentuan itu, maka kecil kemungkinan tim-tim B League mengambil pemain asing dari Asia.
B League sendiri berjalan dengan tiga divisi yang total diikuti 45 tim. Ada 18 tim masing-masing di divisi satu dan dua. Sedangkan divisi tiga yang disebut semiprofesional memiliki sembilan tim saja. Di musim 2019-2020, total ada 168 pemain asing yang berlaga di semua divisi B League. Jumlah ini termasuk dengan pergantian pemain asing yang dilakukan. Dari jumlah tersebut, hanya 33 di antaranya yang tidak berkewarganegaraan Amerika Serikat. Sementara 33 pemain asing tersebut tersebar dari Kanada, Spanyol, Serbia, Rusia, Senegal, Nigeria, Burkina Faso, Bahama, hingga Selandia Baru.
Aturan pemain asing B League sebelum perubahan ini adalah setiap tim diperbolehkan menggunakan jasa tiga pemain asing. Jumlah ini tak termasuk dengan pemain naturalisasi. Setiap tim diperbolehkan menggunakan satu pemain naturalisasi. Namun, di setiap gim, tim hanya boleh membawa 2 pemain asing + 1 pemain naturalisasi.
Peraturan kuota pemain Asia ini sendiri membuat setiap tim akan memiliki empat pemain asing. Begitu juga saat gim, pemain asing Asia akan mendapatkan jatahnya sendiri. Jadi setiap tim bisa memiliki 2 pemain asing (non-Asia), 1 pemain asing Asia, dan 1 pemain naturalisasi.
Namun, satu hal yang perlu diketahui, tidak semua pemain dari Asia bisa mendaftarkan diri atau direkrut oleh tim B League. Di situs resmi liga, B League menjelaskan kuota Asia ini hanya untuk pemain dari negara Cina, Cina Taipei, Korea Selatan, Filipina, dan Indonesia.
Adapun alasan yang melandasi perubahan aturan ini adalah keinginan B League untuk memperluas pasar mereka. B League berharap bisa menyiarkan gim-gim mereka di negara-negara di atas dan menyebarkan semangat yang mereka yakini. Di sisi lain, B League juga menganggap ini adalah salah satu jalan baik untuk meningkatkan basket di Asia, khususnya daratan timur dan Asia Tenggara. Pun demikian, kerja sama B League dengan KBL (Korean Basketball League) juga tidak bisa dilupakan begitu saja. Kerja sama yang memperbolehkan setiap tim KBL memiliki satu pemain Jepang bisa dibiilang juga melandasi perubahan aturan di B League.
Taichi Nakamura, pemain berusia 22 tahun jadi pemain Jepang pertama yang direkrut oleh tim KBL. Ia akan bergabung dengan Wonju DB Promy untuk musim depan. Ia akan mendapatkan bayaran sekitar AS$46.700. Garda dengan tinggi badan 190 sentimeter ini memiliki rataan 6,3 poin, 2,1 rebound, 2,7 asis, dan 1,0 steal per gim dari 41 laga musim 2019-2020 di B League. Taichi juga menjadi bagian dari tim nasional Jepang di Asian Games 2018 yang digelar di Jakarta dan Palembang.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul dari segala pembahasan di atas adalah, siapa pemain Indonesia yang akan menyusul Thirdy ke Jepang? Apakah B League melihat ada pemain Indonesia yang sudah bisa bersaing di sana? Mengingat ada perbedaan signifikan di peringkat negara FIBA. Jepang berada di urutan 40 dunia dan 8 Asia sedangkan Indonesia 92 dunia dan 18 Asia. (DRMK)
Jakarta, GPriority.co.id – Kazuyoshi Miura menjadi pesepakbola Jepang tertua yang masih merumput dan enggan pensiun di usia 58 tahun.
Kazuyoshi Miura, atau “King Kazu,” mengumumkan pada hari Senin (18/11) lalu, bahwa dirinya akan tetap bersama Atletico Suzuka di Liga Sepak Bola Jepang tahun depan, dilansir dari The Japan Times.
Hal ini akan menandai musim ke-40-nya sebagai pemain sepak bola profesional.
Kazu, yang akan berusia 58 tahun pada bulan Februari mendatang, adalah pemain tertua di Liga Sepak Bola Jepang, divisi keempat sepak bola Jepang.
Ia bergabung dengan Suzuka pada bulan Juni dengan status pinjaman dari Yokohama FC, tim J-League divisi dua, setelah sempat bermain untuk klub Portugal Oliveirense.
Kazu memulai karier sepak bolanya di usia 15 tahun dengan klub Brasil Santos.
Setelah kembali ke Jepang pada tahun 1990, ia membuat sejarah dengan memenangkan penghargaan MVP selama musim pertama J-League pada tahun 1993 saat bermain untuk Tokyo Verdy.
Puluhan tahun kemudian, ia masih mengejar hasratnya untuk tetap merumput di usia yang tak lagi muda.